Nelayan Takabonerate Teriakkan Ketidakadilan: "Kami Butuh Pembinaan, Bukan Penyegelan"
Selayar Sulsel, Sulawesibersatu.com – Suara protes menggema dari pulau-pulau kecil di jantung Taman Nasional Takabonerate. Para nelayan di Rajuni, Tarupa, Jinato, dan Pasitallu merasa diperlakukan tidak adil. Keramba ikan hidup milik mereka disegel aparat, sementara milik para pengusaha tetap bebas beroperasi.
Penyegelan dilakukan hampir sebulan terakhir oleh tim gabungan dari Balai Taman Nasional dan Kepolisian. Lima keramba disita, perlengkapan seperti jaring dan alat bantu ditarik. Alasannya: para nelayan belum memiliki kerja sama resmi dengan pengelola taman nasional.
“Kami tidak menolak aturan. Tapi kami butuh dibina, diberi jalan agar usaha kami legal,” ujar seorang pengepul ikan di Pulau Jinato dengan nada getir.
Kondisi ini memantik reaksi keras. Mereka bukan pelanggar hukum, kata mereka, melainkan warga yang berjuang mengisi piring nasi dari laut yang sama, laut yang kini dijaga atas nama konservasi.
Arsil Ihsan, anggota DPRD Selayar dari Fraksi NasDem, angkat suara. Ia menilai penegakan hukum harus dibarengi dengan pendampingan. “Negara harus hadir. Ini bukan sekadar soal pelanggaran, ini soal keberlangsungan hidup ribuan nelayan,” tegasnya, Jumat (17/5/2025).
Taman Nasional Takabonerate memang kawasan konservasi laut prioritas nasional seluas 530.765 hektare. Tapi di balik keindahannya, hidup ribuan jiwa yang menggantungkan harapan dari jaring dan perahu kecil mereka.
Para nelayan kini menanti solusi. Mereka tak ingin jadi korban antara benturan konservasi dan ekonomi. Harapan mereka sederhana: aturan ditegakkan, tapi tangan negara juga hadir untuk membina, bukan semata menghukum. (TIM)
0 Response to "Nelayan Takabonerate Teriakkan Ketidakadilan: "Kami Butuh Pembinaan, Bukan Penyegelan""
Posting Komentar