“Kalimantan Berdarah: Di Balik Kayu Gelondongan, Ada Nyawa yang Dikorbankan”
Kubu Raya Kalbar, Sulawesibersatu.com - Kalimantan tidak terbakar. Tapi hutan-hutannya mati. Tanpa api. Tanpa asap. Tanpa suara. Dan lebih mengerikan, semua orang tahu siapa pembunuhnya. Tapi tak ada yang menghentikannya. Di tengah Hutan Lindung Sungai Manggis, di jantung Kalimantan yang dulu hijau dan hidup, kini hanya tersisa batang-batang pohon yang ditebang tanpa ampun. Hutan yang seharusnya jadi paru-paru dunia, kini jadi ladang mayat ekologis.
Pelakunya? Bukan misterius. Bukan asing. Semua warga mengenalnya. Ramsah. Alias Putu. Nama ini tak perlu diteriakkan. Ia cukup dibisikkan, dan wajah-wajah langsung menegang. Karena semua tahu jika dialah Raja Bayangan. Penguasa Tak Bertitel. Mafia Kayu Kalimantan.
Tim Investigasi Kujang masuk ke jantung hutan dan menemukan fakta mencengangkan. “Ratusan kubik kayu. Siap angkut. Rapi. Terstruktur. Ini bukan kejahatan kecil. Ini sistem. Ini industrialisasi penjarahan.” Kayu-kayu itu disalurkan ke somel-somel gelap di Desa Mekar Sari, Sungai Asam, dan wilayah sekitarnya. Perputaran uang? Bukan jutaan. Bukan ratusan juta. Tapi miliaran rupiah setiap musim.
Yang lebih mengejutkan, semua ini berjalan terbuka. Tanpa takut. Tanpa sembunyi. Polisi hutan tak bersuara. Penegak hukum tak bertindak. Aparat hanya menoleh ke arah lain. Sementara kayu-kayu gelondongan meluncur seperti biasa. Bisikan warga jadi jeritan tanpa gema. “Pelaku ada. Lokasi sudah dicek. Kayu masih tertumpuk. Jadi... kenapa tidak ditindak?” harap Warga Desa Permata.
Jawabannya mencemaskan yakni warga mencurigai adanya beking kekuasaan. Sebab tak mungkin pembalakan sebesar ini bisa terjadi tanpa perlindungan dari ‘atas’. Alih-alih mendukung investigasi, Kepala Desa Permata justru mengancam akan membawa media ke jalur hukum jika “pemberitaan merugikan”.
Tapi yang lebih janggal yaitu Media lain yang “dibawa” justru menampilkan foto kayu yang sudah rapi dan diolah, berbeda 180 derajat dengan foto investigasi yang menunjukkan kayu liar yang disembunyikan di dalam hutan. “Kalau kayu itu legal, kenapa ditebang diam-diam di kawasan lindung? Kenapa disembunyikan? Kenapa tak ada dokumen resmi?”
Alih-alih menjawab, Kepala Desa justru memainkan narasi tandingan, mencoba membenturkan media bukan menyelamatkan hutan, tapi menyelamatkan citra. Hutan Kalimantan bukan sekadar wilayah. Ia adalah penopang kehidupan. Ia adalah masa depan. Dan hari ini, masa depan itu sedang ditebang. Satu pohon, satu nyawa. Satu truk kayu, satu generasi yang dirampas harapannya. “Hari ini Putu menebang pohon. Besok, anak cucu kita yang tumbang.”
Tim Investigasi Kujang mendesak yakni Tangkap Ramsah alias Putu, Bongkar jaringan mafia kayu sampai ke akar-akarnya, Bersihkan aparat dari pengkhianat lingkungan, serta Kembalikan keadilan ke dalam hutan yang telah lama ditinggalkan negara. Jika hari ini kita diam, maka besok anak cucu kita hanya akan mengenal Kalimantan lewat legenda. Kita tidak sedang kehilangan pohon. Kita sedang kehilangan harga diri sebagai bangsa. (TIM)
0 Response to "“Kalimantan Berdarah: Di Balik Kayu Gelondongan, Ada Nyawa yang Dikorbankan”"
Posting Komentar