-->

“Reuni ke-45” Jokowi Tuai Badai Kritik: Salah Hitung, Pencitraan, atau Drama Lama yang Terulang Lagi?




Jakarta, Sulawesibersatu.com — Satu foto, satu baliho, dan satu angka. Itulah yang memicu gelombang kritik terhadap Presiden Joko Widodo akhir pekan ini. Bukan soal kebijakan, bukan soal politik luar negeri tapi soal angka “45” yang terpampang besar dalam acara Reuni ke-45 Angkatan 80 Fakultas Kehutanan UGM, kampus tempat Jokowi menghabiskan masa mudanya. Foto itu ia unggah dengan penuh senyum dan nostalgia. Namun netizen justru menangkap aroma lain yakni drama. “Masuk kuliah tahun 1980, lulus tahun 1985, lalu tahun ini reuni ke-45? Kok bisa?” tulis seorang warganet, Minggu (27/7/2025).


Pertanyaan sederhana itu menjelma badai. Ribuan komentar mengalir deras, mempertanyakan logika perhitungan yang dianggap tak masuk akal. Bahkan ada yang menyebut ini sebagai bentuk pemalsuan narasi sejarah secara halus. “Kalau reuni dihitung sejak lulus, harusnya ini baru reuni ke-40. Jadi ini reuni atau rekayasa?” sindir akun lain dengan tajam.


Yang lain lebih blak-blakan. “Daripada pamer reuni, mending tunjukkan ijazah asli. Biar publik tenang.” Tak hanya soal angka. Netizen juga memperhatikan detail dalam foto yang diunggah Jokowi. “Kenapa semua teman pakai baju biru, tapi beliau sendiri pakai putih? Simbol kekuasaan? Atau ingin tampil beda di antara ‘rakyat biasa’?” komentar seorang netizen.


Komentar seperti ini makin menyulut dugaan bahwa momen reuni ini bukan sekadar temu kangen sahabat lama, tapi panggung pencitraan terselubung, di tengah sorotan publik tentang keaslian ijazah Jokowi yang belum juga dijawab secara tuntas. Sampai saat ini, tak ada satu pun klarifikasi dari pihak Istana, panitia reuni, maupun UGM. Tidak ada penjelasan apakah angka “45” merujuk pada tahun masuk, tradisi khusus, atau sekadar salah cetak.


Publik hanya bisa berspekulasi dan di era media sosial, spekulasi bisa lebih mematikan dari kenyataan. Sementara itu, warganet mulai memberi label baru untuk Jokowi yakni “Raja Drama Republik.” Bukan karena prestasi, tapi karena dianggap terlalu sering memoles citra di tengah badai kritik yang belum terjawab. Reuni seharusnya jadi ruang nostalgia. Tapi bagi Jokowi, reuni ini justru membuka luka lama soal ijazah, soal transparansi, soal kepercayaan publik.


Dan kini, dengan satu angka “45”, semua pertanyaan itu menyeruak lagi ke permukaan yaitu apakah Jokowi masih ingin menjawab, atau membiarkannya jadi teka-teki sejarah? Yang jelas, publik tak lupa dan sejarah, seperti biasa, tak pernah bisa disembunyikan di balik senyum reuni. (AN/ZA)

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "“Reuni ke-45” Jokowi Tuai Badai Kritik: Salah Hitung, Pencitraan, atau Drama Lama yang Terulang Lagi?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel