Festival Sandeq Teluk Mandar 2025 Resmi Dimulai: Ketika Laut Jadi Panggung, dan Sandeq Jadi Legenda!
Majene Sulbar, Sulawesibersatu.com – Laut Mandar hari ini tak lagi hanya sekadar hamparan biru. Ia berubah menjadi panggung megah warisan budaya, tempat para pelaut tangguh mempertaruhkan harga diri dan kehormatan leluhurnya. Festival paling bergengsi di tanah Mandar, Festival Sandeq Teluk Mandar 2025 atau yang akrab disebut Lomba Sandeq Segitiga, resmi dibuka hari ini di Anjungan Labuang, Majene, dan langsung menggemparkan garis pantai dengan dentuman semangat para pelayar.
Dibuka secara resmi oleh Bupati Majene, Dr. H. Andi Achmad Syukri, SE, MM, festival ini membawa harapan besar yakni menjadikan budaya bahari Mandar kembali menjadi bintang di lautan dan di hati generasi muda. “Sandeq bukan hanya simbol, tapi jiwa dan identitas kita sebagai orang Mandar. Selamat berlomba! Junjung tinggi sportivitas dan persaudaraan,” ujar Bupati, sebelum secara simbolis melepas perahu-perahu ke tengah samudra.
Malam sebelumnya, Jumat, 12 September, suasana di Anjungan Labuang terasa magis. Wakil Gubernur Sulawesi Barat, Mayjen (Purn) Salim S Mengga, membuka secara resmi festival dengan sambutan hangat dan rasa bangga yang mendalam. Lampu-lampu temaram memantul di permukaan laut, diiringi irama alat musik tradisional Mandar yang menggugah nurani. Malam itu bukan sekadar seremoni, tapi perayaan warisan yang hidup dan berdenyut di dada masyarakat Sulawesi Barat.
Hari ini, 34 sandeq terbaik dari berbagai penjuru Mandar membelah laut dalam babak penyisihan yang penuh tensi dan adrenalin. Mereka terbagi ke dalam dua pool, bertarung dalam keheningan yang hanya dipecah oleh hembusan angin dan gemuruh ombak. Inilah 14 perahu tercepat dan terkuat yang berhasil menembus final, yang akan digelar Minggu, 14 September 2025 diantaranya Pool A yaitu Mandala Bintang Timur, Cahaya Zikir, Bintang Mahaputra, Sinar Banggae, Tornado, Rua Piolo AW, dan Sang Maharaja serta Pool B yakni Athena, Air Mancur 02, Cendrawasih, Sahabat Padi 01, Dondori, Nur Amanah Tanjung Batu, dan Sahabat Padi 02.
Mereka bukan hanya mengandalkan kecepatan, tapi juga insting pelaut, kekompakan tim, dan nyali yang diwariskan dari generasi ke generasi. Festival Sandeq bukan sekadar lomba adu cepat di laut. Ini adalah simbol perjuangan budaya, ikrar cinta terhadap laut, dan doa panjang dari masa silam agar tradisi tak tenggelam.
Setiap layar yang terkembang adalah kisah. Setiap tiupan angin adalah bisikan dari leluhur dan setiap tawa dan peluh pelaut adalah bentuk cinta yang paling nyata kepada tanah Mandar. Bupati berharap acara ini terus menjadi agenda tahunan dan kebanggaan Sulawesi Barat, sekaligus magnet pariwisata nasional dan dunia.
Besok, Minggu 14 September, akan menjadi puncak pertarungan. 14 sandeq terbaik akan kembali memecah laut dalam babak final yang diprediksi akan berlangsung lebih sengit, dramatis, dan menggetarkan jiwa. Datanglah. Saksikan langsung dari pinggir pantai atau atas kapal. Rasakan bagaimana laut bicara, dan sandeq menyahut. (Ahmad)
0 Response to "Festival Sandeq Teluk Mandar 2025 Resmi Dimulai: Ketika Laut Jadi Panggung, dan Sandeq Jadi Legenda!"
Posting Komentar