"Kalau Tidak Mau Dilamar, Saya Akan Ditebas": Ibu di Majene Diteror Keluarga Sendiri, Rumah dan Usaha Dirampas!
Majene Sulbar, Sulawesibersatu.com — Bukannya mendapat perlindungan, seorang ibu di Lembang, Kabupaten Majene, justru harus lari dari rumahnya sendiri demi menyelamatkan nyawa, setelah diteror habis-habisan oleh keluarga kandungnya. Perempuan berinisial NWN kini hidup dalam pelarian, setelah menolak lamaran dari seorang pria berinisial AL, yang datang bukan dengan cinta, tapi dengan paksaan, uang, dan ancaman parang. “Saya diteror, diancam mau diparangi. Hanya karena saya tidak mau menikah lagi. Saya sudah punya suami sah!” ucap NWN dengan suara bergetar saat diwawancarai media.
Kasus ini bermula dari lamaran sepihak yang diajukan oleh AL, dengan iming-iming mahar Rp20 juta. Tanpa izin dan restu, NWN menolak lamaran tersebut. Namun, saudara kandung NWN sendiri yang berinisial FRM dan suami sepupunya yang berinisial AG justru memaksa dan bahkan meneror NWN agar menerima lamaran itu. “Saya dipaksa terima uang Rp15 juta. Katanya sisanya dipinjam dulu oleh orang lain. Ketika saya mau kembalikan uangnya, malah ditolak. Mereka bilang saya harus bayar Rp75 juta kalau tidak mau terima lamaran itu,” jelas NWN.
Tak hanya itu, ia juga mengaku mendapat ancaman mengerikan yakni akan ditebas dengan parang jika berani menolak. Penderitaan NWN tak berhenti pada ancaman fisik. Usaha rumah kos yang menjadi sumber penghidupan keluarganya juga dirampas paksa. “Anak-anak kos saya semua diusir oleh kakak saya sendiri, FRM. Mereka takut tinggal di sana. Saya kehilangan tempat tinggal sekaligus penghasilan,” ucap NWN dengan mata berkaca-kaca.
Kini NWN dan keluarganya hidup berpindah-pindah, menghindari kemungkinan kekerasan yang bisa terjadi kapan saja. Alih-alih dilindungi, NWN justru dikhianati oleh orang-orang yang seharusnya menjadi tamengnya. Bahkan, pernikahan sahnya pun dianggap tidak berlaku di mata saudara-saudaranya. “Saya menikah sah, disaksikan keluarga, tapi mereka tetap memaksa saya menikah lagi. Mereka anggap saya ini milik mereka, bukan manusia yang punya pilihan,” katanya.
Kasus ini mengundang kemarahan dan simpati dari masyarakat Lembang. Banyak yang tidak menyangka bahwa seorang perempuan bisa ditekan sedemikian rupa hanya karena menolak lamaran. “Ini bukan soal lamaran. Ini soal pemaksaan, perampasan hak, dan ancaman kekerasan. Tidak bisa dibiarkan!” ujar seorang warga yang ikut prihatin.
NWN menyatakan akan segera melaporkan kasus ini ke Polres Majene. Ia berharap negara hadir untuk melindungi hak hidup dan pilihannya sebagai perempuan, istri, dan ibu. “Saya tidak minta lebih. Saya hanya ingin hidup tenang dengan keluarga saya tanpa diteror. Saya akan laporkan ini. Hukum harus bicara,” tegasnya.
Kasus NWN menjadi cermin buruk realita yang masih terjadi: di mana perempuan dianggap bisa dipaksa menikah, ditukar mahar, dan ditekan atas nama “keluarga” atau “tradisi”. Padahal, perempuan berhak memilih, berhak menolak, dan berhak hidup tanpa teror bahkan jika musuhnya adalah keluarganya sendiri.
Jika Anda mengalami atau menyaksikan kasus serupa, jangan diam. Laporkan. Lawan. Suara Anda adalah senjata. Hubungi Polres setempat, Lembaga Perlindungan Perempuan dan Anak, serta LBH/Posbakum Pengadilan. Stop Kekerasan Terhadap Perempuan. Stop Pemaksaan Pernikahan. Perempuan Bukan Komoditas! (TIM)
0 Response to ""Kalau Tidak Mau Dilamar, Saya Akan Ditebas": Ibu di Majene Diteror Keluarga Sendiri, Rumah dan Usaha Dirampas!"
Posting Komentar