Ketika Keadilan Terlindas: Tragedi Affan dan Gelombang Api Kemarahan Rakyat Membara di Makassar
Ia adalah bentuk kepedulian, bukti bahwa generasi muda tidak diam saat ketidakadilan menimpa. Konstitusi pun menegaskan hak warga untuk berkumpul dan bersuara. Namun, saya harus menegaskan, hak itu bukan tanpa batas. Ketika aksi berubah menjadi perusakan, pembakaran, hingga merenggut korban jiwa, maka semangat perjuangan tercederai. Pemuda sejati harus dikenal karena keberanian dan moralitasnya, bukan anarkismenya.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nisa ayat 135 yang berbunyi, “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, sekalipun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu.”
Ayat ini mengingatkan kita bahwa perjuangan pemuda hakikatnya adalah ikhtiar menegakkan keadilan.
Namun keadilan itu hanya bisa tegak jika diperjuangkan!
Negara juga tak bisa hanya menuding. Api di Makassar adalah cermin kegagalan negara membuka ruang dialog. Jika suara rakyat selalu dijawab dengan tembok aparat, maka wajar bila jalanan menjadi mimbar alternatif. Kasus Affan harus dituntaskan dengan transparan. Jangan sampai tragedi ini hanya menjadi angka statistik yang cepat dilupakan. Negara wajib hadir memberi kepastian hukum, bukan sekadar menertibkan dengan kekerasan.
Sejarah mengajarkan, pemuda selalu menjadi motor perubahan: dari 1908, 1928, hingga 1998. Bedanya, dulu pemuda disebut pahlawan, kini sering dicap perusuh. Di titik inilah kami harus membuktikan! Pemuda tetap harapan bangsa, bukan ancaman.
Makassar hari ini memberi pelajaran berharga. Di balik kobaran api, masih ada bara semangat yang bisa diarahkan menjadi cahaya perubahan. Pemuda harus tetap berdiri di garis depan, tetapi dengan hati yang jernih dan strategi yang bermartabat. Dan negara harus belajar, bahwa mengabaikan suara rakyat hanya akan melahirkan gejolak yang lebih besar.
Pemuda adalah harapan, bukan ancaman.
Dari Makassar, kami ingin menyampaikan pesan yakni dengarkan suara rakyat sebelum terlambat. Karena ketika suara hati terus dibungkam, jalananlah yang akan berbicara. (*/FDM)
0 Response to "Ketika Keadilan Terlindas: Tragedi Affan dan Gelombang Api Kemarahan Rakyat Membara di Makassar"
Posting Komentar