-->

“Jika Manusia Tak Bisa Menghentikan Kejahatan, Alam yang Akan Mengadili”. Teriakan Sunyi Susi Pudjiastuti Menggema di Tengah Bising Tambang




Jakarta, Sulawesibersatu.com – Di negeri yang dipuji karena tanahnya kaya, tapi ditangisi karena rakusnya manusia, satu suara kembali muncul, tajam, tulus, dan mengguncang hati. Susi Pudjiastuti, perempuan pemberani yang pernah menggetarkan laut dengan kebijakan tegasnya, kini menggetarkan daratan. Bukan dengan jabatan, tapi dengan kata-kata. Dalam satu cuitan pendek namun dalam, ia menyuarakan jeritan bumi yang semakin tak terdengar.


“Saya selalu berdoa pada saat kita tidak bisa lagi menghentikan kejahatan perusakan lingkungan ekosistem dengan segala keindahan dan manfaat keberlanjutannya.” Lalu, seolah alam berbicara lewat dirinya, ia menutup dengan. “Alam akan menghancurkan mereka yang melakukan kejahatan dengan caranya. Amin YRA.”


Kalimat itu seperti gelegar petir di tengah panasnya wacana tambang. Sebuah peringatan. Sebuah doa. Sebuah kutukan bagi mereka yang lupa bahwa alam bukan benda mati, melainkan saksi dan hakim yang sabar hingga batas waktunya habis.


Indonesia, surga tambang yang sering dijual dengan murah. Dari Kalimantan hingga Sulawesi, tanah dibongkar, air menghitam, udara mengering, dan generasi mendatang diwarisi debu serta lubang. Tambang menjanjikan kekayaan, tapi seringkali menyisakan kemiskinan ekologis. Masyarakat sekitar tak hanya kehilangan hutan dan air, tapi juga kehilangan harapan. Dan di tengah keheningan itu, Susi bersuara. Bukan untuk populer, bukan untuk politik, tapi untuk nurani.


Ia pernah menenggelamkan kapal asing. Ia pernah memutus rantai mafia laut. Tapi kini, yang dihadapinya lebih besar yakni ketidakpedulian kolektif bangsa terhadap alam. Ia bukan aktivis biasa. Ia bukan politisi basa-basi. Ia adalah simbol dari pertanyaan yang paling menakutkan. “Apa yang terjadi jika alam benar-benar marah?”


Dan kita sudah mulai melihat jawabannya yaitu banjir bandang, kekeringan ekstrem, tanah longsor di mana-mana. Alam tak lagi diam. Dan mungkin, seperti kata Susi, ia sedang mulai “menghancurkan dengan caranya”. Ini bukan hanya tentang ekonomi. Ini tentang pilihan moral, apakah kita memilih pertumbuhan cepat dan pendek, atau kehidupan yang panjang dan lestari?


Komentar Susi Pudjiastuti bukan sekadar kritik. Ia adalah jeritan terakhir dari mereka yang masih mencintai bumi, di tengah dunia yang terlalu sibuk menggali keuntungan dari kehancuran.


Seruan Susi Pudjiastuti bukan hanya mengingatkan. Ia menantang, Apakah kita masih punya waktu untuk berubah? Apakah kita masih bisa melawan ketamakan sebelum semuanya terlambat? Atau apakah kita akan terus menggali hingga yang tertimbun nanti bukan hanya emas, tapi juga nurani? Kini, suara itu sudah dilontarkan. Alam sudah memberi sinyal. Apakah kita masih pura-pura tidak mendengar? (AN/ZA)

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to " “Jika Manusia Tak Bisa Menghentikan Kejahatan, Alam yang Akan Mengadili”. Teriakan Sunyi Susi Pudjiastuti Menggema di Tengah Bising Tambang"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel