Mafia Bawang Putih: Dari Perbatasan Malaysia ke Meja Makan Kita dan Hukum Tak Berkutik
Pontianak, Kalbar — Di balik tumpukan karung bawang putih yang tampak biasa, terselubung bisnis haram bernilai miliaran rupiah. Diselundupkan dari Malaysia, masuk lewat jalur darat, disimpan di gudang-gudang bayangan, lalu menyebar ke pasar-pasar di Kalimantan hingga Jawa. Semua itu terjadi di depan mata. Namun hukum... seolah menutup mata.
Merek AAA Panda membanjiri pasar tradisional di Pontianak, Kubu Raya, hingga menembus Pulau Jawa. Bawang putih ini tidak melalui karantina, tidak membayar bea masuk, tidak melewati izin resmi. Tapi bisa masuk, bisa dijual, dan bisa disimpan terang-terangan.
Saat tim media menelusuri salah satu gudang di Desa Kapur, Jalan Mayor Ali Anyang, Kubu Raya, ratusan karung tersusun rapi. Bukan satu dua, tapi 500 karung lebih. Penjaga gudang? Hanya pekerja. Tak tahu apa-apa.
Tapi satu nama terus disebut yaitu Bos Aris. Ia disebut sebagai pemilik gudang. Suplai bawang datang dari Erwin, nama yang kini dijuluki warga lokal sebagai "Raja Bawang Ilegal Kalimantan". Ia diduga mengontrol jalur distribusi dari Kalbar hingga Kalteng dan Kaltim serta lebih mengejutkan lagi, pusat operasi ini diketahui publik. Tapi tidak pernah digerebek.
Di Jalan Budi Karya, Kota Pontianak, berdiri gudang besar. Aktif, sibuk, dan terorganisir. Tapi tak ada papan nama, tak ada izin, tak ada pengawasan. Semua orang tahu ini pusat distribusi bawang ilegal. Tapi bos besarnya? Disebut-sebut berada di Cina.
Gudang ini tak sembunyi-sembunyi. Bongkar muat dilakukan siang hari. Sopir datang dan pergi tanpa takut. Ini bukan penyelundupan diam-diam. Ini adalah bisnis besar yang dilindungi kekuasaan.
Apa yang membuat jaringan ini tak tersentuh? Jawaban yang berulang kali muncul yakni perlindungan dari dalam. Ada dugaan kuat, oknum aparat penegak hukum terlibat dalam jejaring ini. Mereka tidak hanya membiarkan tapi juga pasang badan.
Pertanyaannya kini bukan lagi yaitu "Apakah ini ilegal?" Tapi, "siapa yang melindungi?" Masyarakat sudah lelah. Mereka menyaksikan sendiri bagaimana hukum tumpul ke atas, tajam ke bawah. Penjual kecil bisa ditindak karena tak punya izin. Tapi mafia besar yang mengimpor ilegal ratusan ton? Tak tersentuh. "Jika hukum bisa dibeli, maka keadilan hanyalah dagangan." "Dan jika aparat diam, maka publik akan bersuara." Skandal bawang putih ini bukan soal sembako. Ini soal harga diri hukum. Ini soal integritas negara.
Kita tidak sedang bicara satu dua truk bawang. Kita sedang membicarakan kejahatan terorganisir berskala besar, yang menembus batas negara, membungkam aparat, dan mengatur pasar dari balik bayang-bayang. Jika negara terus diam, maka ini bukan hanya skandal. Ini adalah pengkhianatan terhadap rakyat. (TIM)
0 Response to "Mafia Bawang Putih: Dari Perbatasan Malaysia ke Meja Makan Kita dan Hukum Tak Berkutik"
Posting Komentar