"Kepala Anak Saya Pecah, Tapi Pelakunya Masih Bebas!", Jeritan Ayah Korban Pengeroyokan Brutal di Takalar
Takalar Sulsel, Sulawesibersatu.com — Malam Kamis (17/7/2025) berubah menjadi neraka bagi keluarga Nur Heril Rajab Daeng Lallo. Warga lingkungan Bantinoto, Kelurahan Bonto Kadatto, Polongbangkeng Selatan, ini tak pernah menyangka, anak yang tadi pagi pamit keluar rumah, malamnya kembali dalam kondisi berlumur darah, dengan kepala pecah dihantam benda tumpul.
Pengeroyokan biadab itu membuat Nur Heril kini berjuang antara hidup dan mati di ruang ICU, sementara keluarganya berjuang melawan rasa kecewa dan kemarahan karena pelaku utama masih bebas berkeliaran. “Kepala anak saya pecah... Saya lihat sendiri! Tapi sampai sekarang, pelakunya belum ditangkap. Di mana keadilan?” ungkap Rajamuddin Daeng Se’re, ayah korban, dengan suara parau.
Dari keterangan saksi dan penyelidikan awal, korban dihantam dengan stik kayu keras oleh seorang pria berinisial Subuh, yang kabarnya dikenal cukup ditakuti di lingkungan itu. Aksi itu diduga menjadi penyebab retaknya tulang kepala korban dan pendarahan serius di otak.
Ironisnya, meski laporan sudah masuk sejak malam kejadian, hingga berita ini diturunkan, Subuh belum juga berhasil diamankan. Padahal, pihak Polres Takalar telah mengamankan tiga pelaku lainnya. “Pelaku yang mukul kepala suami saya belum ditangkap! Polisi jangan main-main. Kami ini korban!” ujar Daeng Memang, istri korban, histeris saat diwawancarai.
Di media sosial, netizen Takalar mulai bertanya-tanya yaitu siapa Subuh sebenarnya? Mengapa sulit ditangkap? Apakah ada yang membekingi? Isu-isu itu kini menggelinding bak bola salju. Keluarga korban khawatir, jika aparat lambat bertindak, rasa keadilan masyarakat bisa meledak kapan saja. Apalagi, korban diketahui tidak punya masalah besar sebelumnya dan dikenal sebagai orang pendiam.
Keluarga besar korban mendesak agar aparat penegak hukum menunjukkan taringnya. Masyarakat kini berharap, kasus ini bisa menjadi ujian integritas dan keberanian Polres Takalar dalam menegakkan hukum bukan hanya sekadar menangkap, tapi mengungkap siapa yang sebenarnya berperan dan siapa yang membiarkan Subuh lepas begitu saja. “Kalau polisi gagal menangkap pelaku utama, kami akan datangi langsung Kapolres. Kami minta Subuh ditangkap. Titik!” ungkap salah satu kerabat korban.
Kasus ini adalah potret buram penegakan hukum di daerah. Ketika pelaku kekerasan dibiarkan bebas, dan korban hanya bisa menggantungkan harapan pada sistem yang tak selalu berpihak, maka keadilan bukan lagi hak melainkan perjuangan berdarah. (TIM)
0 Response to ""Kepala Anak Saya Pecah, Tapi Pelakunya Masih Bebas!", Jeritan Ayah Korban Pengeroyokan Brutal di Takalar"
Posting Komentar