Skandal Riset? UNHAS Masuk Daftar Hitam Internasional, Zona Merah Etika Akademik!
Makassar, Sulawesibersatu.com — Universitas Hasanuddin (UNHAS), kampus kebanggaan Indonesia Timur, kini tengah diterpa badai. Bukan karena prestasi, tapi karena dicap “berisiko tinggi” dalam integritas riset oleh sebuah laporan global bergengsi. Ya, UNHAS resmi masuk zona merah dalam laporan Research Integrity Index (RI²) yang digagas oleh ilmuwan internasional, Prof. Lokman Meho. Ini bukan sekadar catatan, ini adalah peringatan keras.
Zona merah bukan sekadar label. Itu berarti yaitu banyak artikel dari UNHAS yang ditarik karena pelanggaran etika ilmiah serta banyak publikasi yang diterbitkan di jurnal abal-abal atau telah dicabut dari database akademik internasional. Dengan kata lain: riset yang diproduksi bisa diragukan keabsahannya. UNHAS tak sendiri. Deretan kampus ternama lain ikut terseret yakni BINUS, UNAIR, USU, serta UNS. Sementara itu, UNDIP, UNPAD, dan UB masih di zona oranyealias nyaris merah.
Sistem RI² menilai bukan dari berapa banyak kampus menerbitkan jurnal, tapi seberapa jujur, etis, dan transparan risetnya. Dua indikator utama yakni R Rate yaitu Berapa banyak artikel yang ditarik per 1.000 publikasi serta D Rate yaitu berapa persen artikel muncul di jurnal yang bermasalah. Jadi, semakin sering dosen publish di jurnal “cari untung” atau melanggar etika, semakin tinggi risikonya.
Yang mengejutkan, reaksi pemerintah terkesan santai.
Sekretaris Jenderal Kemendiktisaintek, Togar Simatupang, mengatakan. “Universitas kita baru sampai tahap baligh. Belum matang secara akademik.” Meskipun mengejutkan, pernyataan ini mengisyaratkan satu hal yakni Pemerintah mengakui masalah ini nyata. Namun sayangnya, belum ada evaluasi menyeluruh terhadap integritas riset di level institusi.
Karena riset itu bukan sekadar jurnal untuk naik pangkat. Itu fondasi ilmu, dasar kebijakan publik, dan tumpuan kepercayaan masyarakat. Jika integritas riset rusak, maka Kebijakan bisa dibuat berdasarkan data palsu. Inovasi bisa gagal karena hasil riset tak valid. Kepercayaan publik terhadap akademisi bisa runtuh. Banyak pihak menduga, budaya akademik yang terlalu fokus mengejar kuantitas publikasi, insentif “skor tinggi”, dan minimnya pengawasan, menjadi akar persoalan. RI² hadir untuk membongkar “wajah asli” reputasi ilmiah. Dan sekarang, sorotannya sedang tajam mengarah ke kampus-kampus Indonesia.
UNHAS dan kampus-kampus lain masih punya waktu untuk yakni membersihkan sistem publikasi, menolak jurnal predator serta menanamkan integritas riset sejak dini, bukan hanya di atas kertas. Karena membangun kepercayaan ilmiah, tidak bisa dilakukan dengan cepat tapi bisa hancur dalam sekejap. Riset bukan tentang jadi yang paling banyak, tapi jadi yang paling benar. (TIM)
0 Response to "Skandal Riset? UNHAS Masuk Daftar Hitam Internasional, Zona Merah Etika Akademik!"
Posting Komentar