6 Tahun K-LTV Sulsel: Menjaga Akal Sehat di Tengah Dunia yang Bising
Makassar, Sulawesibersatu.com — Di negeri yang makin gaduh oleh informasi yang salah arah, di tengah layar-layar yang dijejali sensasi tanpa substansi, berdirilah satu media yang memilih jalur sunyi yakni K-LTV Sulawesi Selatan. Hari ini, mereka genap berusia 6 tahun dan kisah mereka layak dikenang, dibagikan, dan diteruskan. Ini bukan sekadar ulang tahun. Ini adalah perayaan keberanian, di dunia yang sering kali memberi tempat lebih luas bagi yang keras suara daripada yang dalam pikirannya.
K-LTV tidak lahir dari jaringan besar, bukan pula anak kandung konglomerasi media. Ia tumbuh dari keyakinan bahwa masyarakat butuh tayangan yang mendidik, bukan membodohi. Di tengah derasnya konten dangkal dan clickbait, K-LTV hadir dengan idealisme sederhana tapi kuat yaitu "Menyalakan nalar kritis di ruang-ruang yang nyaris padam." Dan pada peringatan Milad ke-6 yang digelar hangat di Hotel Grand Town, Makassar, semangat itu kembali dinyatakan. Tema yang diusung, “Peran Media dalam Merawat Nalar Kritis Masyarakat,” bukan sekadar jargon tapi manifesto keberpihakan pada akal sehat publik.
Dalam suasana yang sarat makna, hadir para tokoh penting yang selama ini berada di belakang layar perjuangan yaitu Tony Semesta, SE, Drs. Shaffry Syamsuddin, Syarifuddin Puput, Muhammad Tahang Angga, Frans Kato, bersama para jurnalis, kru, editor, relawan, LSM, guru, kepala sekolah, komunitas Monta' Bassi Celebes, Monta' Bassi To Gowa hingga rekan media lainnya, mereka berkumpul bukan hanya untuk merayakan tetapi untuk mengafirmasi bahwa jurnalisme sejati masih hidup.
Dalam pidato yang menggugah, salah satu narasumber menyampaikan. “Kita hidup di zaman di mana kecepatan lebih diutamakan daripada kebenaran. Di situlah media seperti K-LTV menjadi penting bukan hanya sebagai penyampai berita, tapi sebagai penjaga akal sehat.” K-LTV Sulsel tidak menawarkan gemerlap, tapi menawarkan pencerahan. Mereka mungkin tidak tampil di layar utama, tapi mereka hadir di hati mereka yang rindu pada jurnalisme yang memihak pada rakyat, bukan penguasa atau pemodal.
Tayangan-tayangan mereka menyentuh akar rumput membahas isu pendidikan, lingkungan, sosial, dan budaya dengan cara yang sederhana, namun menggugah. K-LTV tak mengumbar ketakutan, tapi menumbuhkan harapan dan kesadaran. Enam tahun berjalan di jalur idealisme bukanlah perkara mudah. Tapi K-LTV membuktikan bahwa media yang jujur dan kritis tetap punya tempat di hati publik. Bahwa lokal bukan berarti kecil. Dan bahwa suara yang pelan bisa lebih berpengaruh daripada yang lantang tapi kosong.
Milad ini adalah bukti bahwa masih ada media yang percaya bahwa perubahan besar selalu dimulai dari keberanian kecil. Untuk setiap kamera yang menyorot tanpa memutar balik kebenaran. Untuk setiap naskah yang ditulis tanpa titipan. Untuk setiap tayangan yang lahir dari semangat mencerahkan, bukan menyesatkan, K-LTV adalah contoh bahwa media bukan sekadar bisnis, tapi perjuangan.
Selamat ulang tahun ke-6, K-LTV Sulsel. Teruslah menjadi media yang tak hanya hadir, tapi juga berpihak. Tak hanya menyala, tapi juga menyulut. Karena di tengah dunia yang penuh kebisingan, suaramu adalah oase yang meneduhkan. Ditulis untuk mereka yang percaya bahwa kata-kata bisa mengubah dunia. Seperti yang dilakukan K-LTV setiap hari. (MH)
0 Response to "6 Tahun K-LTV Sulsel: Menjaga Akal Sehat di Tengah Dunia yang Bising"
Posting Komentar