“Ketika Sawah Menjerit, Paris Yasir Datang Sebelum Fajar”. Kebocoran Irigasi Ancam Rp150 Miliar, Sang Bupati Gerak Tanpa Tunggu Dana
Jeneponto Sulsel, Sulawesibersatu.com — Malam itu, langit masih gelap. Angin kering menyapu hamparan sawah yang seharusnya dialiri air kehidupan. Tapi malam itu berbeda saluran induk irigasi Kelara-Karaloe bocor parah.
Ribuan hektare sawah mendadak terancam. Tanaman padi yang sedang tumbuh bisa layu hanya dalam hitungan hari. Di tengah kepanikan, satu nama langsung muncul ke garis depan: Paris Yasir.
Bukan hanya memerintah dari balik meja, Bupati Jeneponto itu langsung bergerak. Tanpa seremoni, tanpa tunggu anggaran cair. “Jangan tunggu birokrasi kalau rakyat butuh air. Ini soal hidup mereka,” ujar Paris Yasir, saat berada di lokasi kerusakan dini hari itu.
Yang membuat warga tak percaya, Paris Yasir mengeluarkan dana pribadinya. Bukan pencitraan, tapi langkah cepat agar material langsung tersedia, alat berat segera bekerja, dan petani tidak kehilangan harapan. “Beliau datang bukan bawa janji, tapi bawa bantuan. Dana pribadi dipakai untuk material, agar perbaikan langsung jalan. Terima kasih Pak Bupati, ini baru pemimpin sejati,” ucap Kamaruddin Daeng Siama, tokoh masyarakat setempat, dengan mata berkaca-kaca.
Kebocoran saluran Kelara-Karaloe bukan masalah kecil. Ia mengaliri lahan pertanian yang menjadi sumber hidup ribuan petani. Jika dibiarkan, kerugian bisa menembus Rp150 miliar. Tapi malam itu, harapan belum pupus karena ada pemimpin yang bergerak sebelum semuanya terlambat.
Bupati tak sendiri. Ia didampingi pejuang lapangan seperti Muhammad Jufri Daeng Ngerang, pengamat DI Kelara-Karaloe yang sejak malam pertama ikut memastikan perbaikan berjalan.
Di tengah suasana darurat, terjalin solidaritas antara pemerintah dan rakyat. Tak ada sekat, hanya tekad bersama: menyelamatkan sawah, menyelamatkan kehidupan. “Insya Allah, perbaikan selesai besok. Masyarakat bisa tenang. Air akan kembali mengalir,” ujar Paris Yasir, meyakinkan dengan nada tegas.
Hari ini, warga Jeneponto belajar satu hal: pemimpin sejati bukan hanya mereka yang duduk di kursi kekuasaan. Tapi mereka yang berani berdiri paling depan saat rakyat butuh.
Dan malam itu, di antara suara air yang mulai kembali mengalir, nama Paris Yasir bergema di ladang-ladang yang kembali hidup. “Bupati yang datang sebelum fajar, membawa harapan sebelum matahari terbit.” (BN/MH)
0 Response to "“Ketika Sawah Menjerit, Paris Yasir Datang Sebelum Fajar”. Kebocoran Irigasi Ancam Rp150 Miliar, Sang Bupati Gerak Tanpa Tunggu Dana"
Posting Komentar