"Ditakuti Lebih Dari Penjahat: Intelijen Diduga Jadi Raja Pungli di Pintu Masuk NKRI"
Sanggau Kalbar, Sulawesibersatu.com – Satu sisi, Entikong adalah wajah Indonesia di mata dunia, megah, bersih, dan menjadi simbol ketegasan negara dalam menjaga perbatasan. Tapi siapa sangka, di balik pagar tinggi dan gedung mewah pos lintas batas itu, tumbuh praktek haram yang menyayat kepercayaan publik.
Seorang pria berinisial Ysf, yang disebut-sebut sebagai anggota Badan Intelijen Strategis (BAIS), diduga telah menjadikan seragamnya sebagai senjata pemerasan terhadap pengusaha lokal. Dengan kedok intel, ia disebut-sebut menebar ancaman, meminta uang, bahkan menyebut dirinya bisa
“membersihkan perbatasan dari oknum.” Ironisnya? Justru dia sendiri yang jadi oknum paling ditakuti.
Korban utama yang kini berani buka suara adalah SP, seorang pengusaha travel lintas batas.
Ia mengaku telah bertahun-tahun hidup dalam bayang-bayang tekanan dari Ysf. Uang diminta, kadang dengan nada perintah, kadang dengan gaya ancaman. “Kalau saya telat ngasih uang, dia bilang: ‘Awas kau nanti.’ Saya takut. Supir saya bisa diganggu, penumpang bisa ditahan sewaktu-waktu,” ujar SP, dengan suara berat.
Permintaan uang tak main-main, mulai dari urusan sewa rumah, logistik pribadi, bahkan katanya untuk menjamu tamu pusat. Padahal, menurut SP, ini semua hanyalah dalih murahan untuk menguras kantong pengusaha lokal. Ysf kerap mengaku sedang menertibkan perlintasan ilegal terutama calon pekerja migran (CPMI) nonprosedural yang masuk lewat jalur tikus. Tapi realitanya jauh dari kata bersih. “Dia cuma gertak. Ngaku bersih, padahal dia yang paling kotor.
Jalur tikus masih bebas. Calo masih jalan. Tapi yang dipalak ya kami-kami ini, pengusaha sah,” ucap SP dengan nada getir.
Alih-alih jadi pahlawan perbatasan, Ysf malah dianggap sebagai “raja pungli” yang berlindung di balik nama besar institusi negara. Ketua Persatuan Wartawan Kabupaten Sanggau (PWKS), Wawan Daly Suwandi, mengaku pernah berinteraksi langsung dengan Ysf. Bahkan, dirinya sempat ditantang langsung oleh oknum tersebut. “Dia bilang ke saya: ‘Silakan buat berita!’ Waktu itu saya bingung, belum tahu konteksnya.
Ternyata sekarang semua mulai jelas, ini orang sudah lama bermain di perbatasan,” ungkap Wawan.
Tantangan itulah yang kini membuka pintu pengungkapan kasus yang selama ini didiamkan karena rasa takut dan tekanan mental. Saepul, Koordinator Poros Utara Forum Wartawan & LSM Kalbar Indonesia, mengecam keras dugaan ini. Menurutnya, jika benar Ysf adalah anggota aktif BAIS, maka ini adalah tamparan keras bagi negara. “Tugas intelijen adalah menjaga kedaulatan, bukan jadi pengemis uang rakyat! Kalau BAIS dibajak oleh oknum, ini bukan cuma soal pungli, ini penghinaan terhadap bangsa,” tegasnya.
Kasus ini bukan soal satu orang. Banyak pengusaha disebut mengalami hal serupa, namun memilih diam karena takut. Desakan publik kini mengarah ke yaitu Investigasi penuh oleh Polisi Militer TNI, Penindakan cepat oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atau Komnas HAM jika ditemukan pelanggaran serius, serta Pembersihan total aparat bayangan di wilayah perbatasan.
Berbagai pihak kini menantikan langkah tegas dari institusi negara. Entikong bukan hutan liar. Ini batas negara. Jika aparat sendiri jadi beking kejahatan, maka kita sedang membiarkan kedaulatan dijual dengan harga receh. Apakah negara akan bertindak? Atau lagi-lagi rakyat yang dibiarkan berjuang sendiri? (TIM)
0 Response to ""Ditakuti Lebih Dari Penjahat: Intelijen Diduga Jadi Raja Pungli di Pintu Masuk NKRI""
Posting Komentar