-->

“Terkurung di Perut Bumi”, Tujuh Nyawa, Satu Harapan dari Kedalaman Tambang Freeport Papua




Tembagapura Papua Tengah, Sulawesibersatu.com — Di kedalaman bumi Papua, jauh dari cahaya matahari dan hiruk-pikuk dunia, tujuh manusia kini terkunci dalam senyap. Bukan karena gempa. Bukan karena ledakan. Tapi karena lumpur basah yang datang seperti monster dari perut bumi. Tanggal 8 September 2025 harusnya menjadi hari biasa. Tapi pukul 23.21 WIT, sesuatu pecah di bawah tanah tambang Grasberg Block Cave, milik raksasa tambang dunia yaitu PT Freeport Indonesia.


Material basah (wetmuck) tiba-tiba mengalir deras seperti lahar diam, tapi mematikan. Satu per satu, jalur akses tertutup. Terowongan yang biasanya menjadi jalan pulang kini menjadi perangkap hidup-hidup. Di balik dinding batu dan lumpur itu, tujuh nama kini terkurung tanpa suara yakni Irwan, Wigih Hartono, Victor Manuel Bastida Ballesteros (Diduga warga negara Chile), Holong Gembira Silaban, Dadang Hermanto, Zaverius Magai, dan Balisang Telile (Diduga warga negara Afrika).


Freeport langsung hentikan operasi. Tapi lumpur tak mengenal belas kasih. Saat dikeruk, ia malah menyerbu lebih dalam. Alat berat terdiam. Manusia dibatasi. Waktu terus berjalan. “Kami sedang membuat lubang kecil baru, untuk kirim makanan, bahkan suara. Harapan kini bergantung pada lubang itu,” ujar Iptu Firman, Kapolsek Tembagapura.


Di dalam tambang, ada chamber darurat ruang penyelamat yang dibangun untuk kejadian luar biasa seperti ini. Dilengkapi oksigen, makanan, logistik, dan komunikasi. Tapi tak ada yang tahu pasti apakah ketujuh pekerja itu berhasil sampai ke dalamnya?


Kondisi terkini pada 11 September 2025 yaitu Lokasi diduga sudah terdeteksi, Komunikasi belum berhasil, Evakuasi belum tercapai, serta Kondisi tujuh pekerja masih misteri. Di Timika, istri, anak, dan orang tua menunggu dengan mata sembab dan dada sesak. “Setiap detik terasa seperti bom waktu. Kami hanya ingin tahu mereka masih hidup atau tidak,” ujar seorang istri sambil menggenggam HP yang tak kunjung berbunyi.


Mereka bekerja di kedalaman bumi, mengangkat logam yang kita pakai setiap hari yakni ponselmu, laptopmu, bahkan kabel listrik rumahmu. Hari ini, mereka butuh lebih dari sekadar upah. Mereka butuh diselamatkan. (TIM)

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "“Terkurung di Perut Bumi”, Tujuh Nyawa, Satu Harapan dari Kedalaman Tambang Freeport Papua"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel