"Tiang Tanpa Izin, Warga Jadi Tumbal: PT. Equator Prima Sarana Menancap Arogansi di Tanah Desa Durian"
Kubu Raya, Kalbar,Sulawesibersatu.com— Tiang-tiang besi berdiri. Arogansi menjulang. Hati warga ambruk. Begitulah gambaran nyata yang dirasakan masyarakat Desa Durian setelah PT. Equator Prima Sarana secara brutal menancapkan tiang jaringan internet tanpa izin, tanpa hormat, tanpa otak.
Mereka datang diam-diam, tidak pernah mengetuk pintu, tidak pernah menyapa warga, tidak pernah bicara pada pemerintah desa. Tapi saat fajar menyingsing, tiang-tiang rakus itu sudah berdiri tegak di tanah orang. Ini bukan investasi. Ini penyerobotan.
Salah satu warga, Abd Aziz, kini harus menanggung beban yang tak ia undang. Namanya dicatut sebagai orang yang “mengizinkan” pemasangan tiang bahkan difitnah menerima sogokan.
“Saya tidak pernah diajak bicara. Tapi tiba-tiba nama saya disebut-sebut menerima uang. Ini bukan sekadar fitnah. Ini pembunuhan karakter,” kata Aziz dengan suara bergetar menahan marah.
Aziz bukan hanya korban. Ia dijadikan tumbal oleh sistem yang korup dan perusahaan yang tak tahu malu.
Kepala Desa Durian tidak tinggal diam. Dalam pernyataan resminya, ia menolak keras pemasangan tiang oleh PT. Equator Prima Sarana. Ia menegaskan, tidak ada izin, tidak ada komunikasi, dan tidak ada satu pun surat resmi dari perusahaan tersebut yang masuk ke meja desa. “Ini aksi ilegal. Tidak ada satu pun penanggung jawab proyek datang ke sini. Mereka anggap desa ini lahan kosong? Salah besar!” jelas Kepala Desa Durian.
Nama-nama seperti Afdal dan Ramdani, yang disebut-sebut sebagai aktor di balik proyek pemasangan, menghilang seperti bayangan. Tidak pernah muncul. Tidak pernah bertanggung jawab.
Yang paling menyakitkan: PT. Equator Prima Sarana memilih bungkam. Tak ada klarifikasi, tak ada permintaan maaf, tak ada pertemuan dengan warga. Diam mereka adalah penghinaan. Sikap mereka adalah bentuk arogansi kelas elit terhadap masyarakat kecil.
Warga merasa diinjak-injak, dianggap remeh, seolah mereka bukan manusia yang punya hak, harga diri, dan tanah air.
Pemasangan tiang tanpa izin bukan sekadar keteledoran ini pelanggaran hukum dan pelecehan prosedur. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa PT. Equator Prima Sarana telah yakni Melewati persetujuan RT/RW, Tidak mengajukan izin ke Kepala Desa, Melompati proses Kelurahan dan Kecamatan, Tidak mengantongi izin pemanfaatan lahan, Belum memiliki izin penyelenggaraan jaringan resmi (Jartaplok), serta Tidak memenuhi standar keselamatan instalasi. Jika ini terjadi di kota besar, mungkin mereka sudah dipolisikan. Tapi di desa? Mereka pikir bisa semena-mena. Salah besar.
Warga kini bersatu. Mereka menuntut yakni Pencopotan seluruh tiang ilegal, Permintaan maaf resmi kepada masyarakat, Pemulihan nama baik Abd Aziz, Pemeriksaan terhadap pihak perusahaan oleh Kominfo dan aparat hukum, serta Jika tidak ada respons, warga siap menggelar protes besar dan membawa masalah ini ke media nasional, lembaga hukum, dan DPRD.
Perusahaan boleh besar, modal boleh kuat, tapi jangan sekali-kali menginjak desa kecil dengan cara kotor. Warga Desa Durian punya mulut, punya hati, dan yang lebih penting yaitu punya harga diri. "Kami bukan halaman kosong tempat kalian menanam kabel sesuka hati. Kami manusia. Kami desa. Kami lawan," tegas Suara Bersama Warga Durian. (TIM)
0 Response to ""Tiang Tanpa Izin, Warga Jadi Tumbal: PT. Equator Prima Sarana Menancap Arogansi di Tanah Desa Durian""
Posting Komentar