-->

“Mafia Irigasi” di Takalar? Puluhan Pemuda Kepung Kejaksaan: Petani Jadi Korban, Hukum Diuji!




Takalar Sulsel, Sulawesibersatu.com – Terik matahari belum juga surut, namun puluhan pemuda dengan suara lantang sudah memadati halaman Kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) Takalar, Rabu (18/6). Mereka bukan datang untuk berpesta. Mereka membawa kemarahan, membawa bukti, dan membawa nama rakyat: Aliansi Masyarakat Takalar Pencari Keadilan (AMTPK).


Di tangan mereka, spanduk lusuh bertuliskan, “Irigasi Mangkrak, Petani Sengsara, Siapa yang Kaya?” Di balik orasi, tersembunyi cerita panjang tentang proyek bernama P3A-TGAI, sebuah program irigasi pemerintah yang seharusnya menyuburkan sawah, kini dituding menjadi lahan subur korupsi.


Di tengah barisan demonstran, satu suara menonjol. Takhifal Mursalin, Koordinator AMTPK, berdiri gagah di depan mikrofon. Nafasnya berat, tapi tegas. Ia menyampaikan tuntutan yang selama ini hanya bergema di desa-desa yakni usut tuntas dugaan korupsi irigasi yang menjerat petani dalam lumpur kemiskinan. “Kami tidak datang untuk demo kosong. Kami membawa dokumen, data, dan kebenaran. Jangan diamkan perampokan di ladang petani!” seru Takhifal di hadapan perwakilan Kejari.


Tak tinggal diam, pihak Kejaksaan menjawab. Kasi Pidsus Kejari Takalar, Andi Dian Bausad, angkat bicara. “Aduan teman-teman kami tindak lanjuti. Sudah 42 kelompok dan dua pendamping kami periksa. Kami juga lakukan pengecekan langsung ke lapangan.”


Namun aksi AMTPK bukan hanya soal pemeriksaan. Mereka mengendus lebih dalam: kelompok fiktif, proyek mangkrak, dan setoran komitmen fee. Andi Dian menanggapi tegas. “Kami dalami semua. Bahkan kami akan telusuri sampai ke BBWS Pompengan.”


Program P3A-TGAI awalnya dirancang untuk menyentuh jantung kehidupan petani: air irigasi. Tapi kenyataannya, di banyak desa di Takalar, saluran air tak mengalir, proyek tak selesai, tapi anggaran diduga sudah cair. “Proyek irigasi gagal, panen kami pun gagal. Tapi yang untung, bukan kami. Yang kenyang, mungkin mereka yang duduk di atas,” ujar seorang warga yang ikut aksi.


Satu orator lain menyampaikan dengan suara parau. “Petani bukan hanya kehilangan air, tapi kehilangan harapan. Dan kalau Kejaksaan gagal bertindak, berarti negara berpihak pada para pelaku, bukan pada rakyat.”


Menutup dialog, Kejari Takalar berjanji tidak akan membiarkan kasus ini menguap. “Kami maksimalkan semua tahapan. Ini proses serius,” kata Kasi Pidsus menanggapi pertanyaan akhir dari massa.


Teriakan “Hidup Petani! Hukum Harus Tegak!” menggema di akhir aksi. Tapi perjuangan ini belum selesai. Satu hal yang pasti: AMTPK tak akan diam. Petani Takalar tak akan dibungkam.


Program yang menyangkut nasib ribuan petani tak boleh jadi bancakan segelintir oknum. Pemerintah boleh punya visi swasembada pangan, tapi bila irigasi saja dibajak oleh mafia proyek, maka rakyat hanya akan panen janji kosong. Ini bukan hanya soal Takalar. Ini soal Indonesia. (TIM)

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "“Mafia Irigasi” di Takalar? Puluhan Pemuda Kepung Kejaksaan: Petani Jadi Korban, Hukum Diuji!"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel